Tag Archives: Arsitektur Universitas Pelita Harapan

Aspek Konteks Pada Wacana Fabrikasi Arsitektur

original_88649_g3NLYuyOYcx_4ALpVdQmY_mlX

oleh David Hutama

Tulang punggung dari kemampuan fabrikasi berkuantitas banyak (mass-production) di masa modern ini adalah metode assembly-line yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh Henry Ford, pendiri Ford Motor Company di tahun 1920-an. Assembly-line menggunakan alur fabrikasi secara berurutan (sequential) sehingga dapat menyelesaikan mobil berjumlah banyak dalam waktu singkat.  Metode ini bekerja melalui replikasi model dari seluruh elemen desain dan dikerjakan dengan urutan yang sudah distandarisasi. Oleh karena itu, relasi antara jumlah, waktu, dan kualitas dapat diprediksi dengan akurat, dan dengan sendirinya biaya operasional lebih murah.

Para arsitek pengusung modernisme seperti Le Corbusier menjadi pendukung metode fabrikasi dari Ford company ini (kemudian dikenal sebagai fordism atau pendekatan fordian). Le Corbusier berpendapat jika metode fabrikasi ini diterapkan pada arsitektur maka desain arsitektur akan mampu menyelesaikan banyak masalah sosial terutama masalah hunian. Oleh karena hunian dapat dibangun bisa dibangun dengan cepat dan banyak  dan murah (Kieran & Timberlake, 2004:6-7).

Namun setelah 1960-an, melalui revolusi kebudayaan yang kemudian kita kenal sebagai post-modernisme, kritik keras tentang keseragaman dan hilangnya identitas akibat fabrikasi berkuantitas banyak (mass-production) tersebut mulai banyak terdengar. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada masa ini kental mengangkat isu subyektifitas, identitas, dan pesonalisasi. Pada masa ini banyak lahir visi-visi desain yang memberontak dari realitas dan pakem. Fantasi tentang iregularitas, anti-gravitasi, mobilitas, dan keringanan diteriakan oleh para seniman dan desainer dalam wujud pameran atau karya-karya seni lainnya. Material-material seperti plastik, beton yang mempunya sifat ‘mudah dibentuk’ menjadi obyek eksperimen yang populer pada masa ini. (kolarevic, 2003: 13)

Pada masa tersebut, namun, jika menginginkan kebebasan berkesplorasi tersebut dalam alur fabrikasi yang ada pasti sulit terwujud, kalau bukan tidak mungkin. Selain keterbatasan pengembangan riset dan teknologi, fantasi tersebut, jika diwujudkan, menuntut perubahan-perubahan yang detail dan banyak sehingga dengan sistem yang umum saat itu (fordian assembly line), menjadi mahal dan lama serta tingkat kemungkinan kesalahan tinggi. Mahal dan lamanya adalah tidak lain karena perubahan-perubahan detail dengan permutasi yang tinggi menuntut terjaganya konsistensi informasi dari tiap elemen agar perubahan satu bagian diikuti dengan bagian lainnya namun tetap terjaga keutuhannya.

Masalah ini sebetulnya telah dipetakan oleh Christopher Alexander dalam buku “Notes on The Synthesis of Form” yang terbit tahun 1964, bahwa sistem selfconscious process, istilah yang digunakannya untuk menjelaskan sebuah sistem yang diatur oleh seorang master builder, akan mengakibatkan banyak masalah perancangan yang tidak terjadi pada sistem unconscious process (seperti pada arsitektur vernakular) karena masalah-masalah yang dihasilkan dinamis dan tidak stabil (Alexander, 1964: 59).

Lebih kurang 20 tahun kemudian, dalam BMW AG: The Digital Auto Project A, 1998, terbitan President/Fellows of Harvard College memperlihatkan adanya suatu metode fabrikasi baru pada manufaktur mobil BMW (Kieran & Timberlake, 2004: 20). Paparan ini memperlihatkan alur kerja simultan dan bukan runtut lagi seperti assembly-line. Alur kerja yang simultan ternyata mampu mempersingkat proses produksi sebuah mobil 20 bulan dibandingkan jika menggunakan alur kerja yang runtut. Hal ini memungkinkan dengan mengorganisasi elemen-elemen desain berbasis komponen dan dijaga dengan bantuan teknologi informatika yang baik. Dalam arsitektur perubahan alur kerja ini baru mulai menarik perhatian setelah Guggenheim Museum Bilbao karya Frank Gehry terbangun (tahun 1997) dan mendapat tanggapan positif. Peranti lunak yang menjadi tulang punggung eksplorasi desain kantor Gehry, CATIA menjadi sorotan (Corser, 2010: 179).

Kehadiran peranti lunak seperti CATIA, dan yang lainnya jelas menjadi penentu terwujudnya sebuah pendekatan desain yang berorientasi pada Perubahan masal (mass-customization) dan bukan melulu tentang Produksi Masal (Mass-Production). Teknologi informatika dari  peranti lunak tersebut mampu mengatur, memetakan dan menjaga lalu lintas dan konsistensi dari permutasi informasi yang tinggi – karena perubahan-perubahan yang berbasis pada komponen) – adalah modal vital dalam wacana fabrikasi desain ini (Kolarevic, 2003: 7). Teknologi NURBS (Non-Uniform Rational B-Splines) yang dikembangkan sejak tahun 1950-an oleh Pierre Bezier dari Renault dan Paul de Casteljau dari Citroen (keduanya dari Perancis) adalah titik tolak dari perkembangan teknologi infomatika ini.

Dengan teknologi ini maka memetakan informasi geometri non-euclidean dengan akurat menjadi tidak masalah. Kemampuan pemetaan ini berpengaruh besar pada wacana perancangan dan fabrikasi arsitektur. Dengan kemampuan kemampuan NURBS untuk menjaga konsistensi informasi (data) dari olahan geometri pada CAD (computer Aided Design) ke CAM (Computer Aided Manufacturing) membuat ‘revolusi’ – menurut Kieran & Timberlake – dalam wacana fabrikasi di perancangan arsitektur nyata. Wacana subyektivitas, Identitas, Personalisasi yang diungkap pada tahun 1960-an juga tidak berhenti menjadi wacana belaka lagi.

Walaupun demikian, ‘revolusi’  yang didengungkan oleh Kieran & Timberlake harus disikapi dengan kritis. Ada beberapa hal yang jika kita telusuri dengan teliti menjadi prasyarat keberhasilan wacana tersebut. Salah satunya adalah tentang konteks tempat dan budaya dari industri dan manufaktur tersebut. Bagaimanapun juga fabrikasi dan manufaktur tidak akan bisa dipisahkan dari kebijaksanaan dan keketatan dari kualitas standar produksi. Kelebihan dari proses fabrikasi seperti yang dikemukakan oleh Kieran & Timberlake, dan Kolarevic bersandar pada standar akurasi yang konsisten pada tiap aspek desainnya. Jika produksi dari material – sebagai salah satu aspek desain – yang digunakan sudah tidak mempunyai standar yang konsisten maka jelas proses fabrikasi tersebut percuma.

Hal ini sempat terjadi pada saat proses pelaksaan workshop Hexapanel di Jurusan Arsitektur UPH beberapa bulan yang lalu. Seluruh perencanaan dan perancangan yang telah dilakukan di CAD menjadi gagal diproduksi oleh alat CAM lasercutter karena ternyata material yang digunakan tidak mempunyai konsistensi ketebalan. Memang secara kasat mata mungkin tidak terlalu tampak karena pergeseran yang terjadi pada skala milimeter tapi jika dikalikan dengan kuantitas yang besar maka distorsi yang terjadi tidak kecil.

Dari kejadian tersebut saya berpikir bahwa wacana fabrikasi tersebut tidak mudah diterapkan pada tiap konteks. Apalagi pada suatu tempat dimana memang industri dan manufakturnya belum mempunyai kualitas standar  dan daya kontrol yang baik. Kita masi perlu memikirkan alur kerja yang terbaik pada konteks kita karena fenomena ini belum tentu sesuatu yang buruk juga. Bisa jadi ini adalah suatu potensi dari lahirnya suatu metode fabrikasi lokal yang baik. Terlepas dari semua itu, satu hal yang pasti adalah, kita tidak mungkin menghentikan apalagi menghindar dari kemajuan teknologi dan  wacana fabrikasi tersebut. Hal yang perlu kita lakukan adalah berpikir positif, kreatif dan tetap kritis untuk tetap bergerak maju tanpa tergilas mentah-mentah oleh pemikiran asing apa pun.

“The solution lies accordingly not in working against technical advance, but-in exploiting it for the benefit of all. Through technique man can be freed, if he finally realizes the purpose: a balanced life through free use of his liberated creative engines.” – laszlo Moholy-Nagy

 

Foto: Dani Hermawan

 

Referensi:

Alexander, Christopher, Notes on the synthesis of form, Harvard press, 1964

Kolarevic, Branko (ed), Architecture In The Digital Age: Design and Manufacturing, Spon Press, 2003

Kieran, Stephen & Timberlake, James, Refabricating Architecture: How Manufacturing Methodologies Are Poised to Transform Building Construction, McGraw-Hill, 2004

Corser, Robert (ed), Fabricating Architecture: Selected Readings in Digital Design and Manufacturing, Princenton Architectural Press, 2010